PACEMPAPUA.COM,- Presiden Dikasteri untuk Dialog Antaragama Tahta Suci Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot MCCJ mengagumi terjalinnya persaudaraan sejati di Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia kagum dengan kehidupan umat Katolik di Paroki Ganjuran dengan masyarakat sekitarnya yang berlainan keyakinan dapat berjalan harmonis.
“Saya terkesan akan perjalanan sejarah paroki ini. Untuk saya sebagai seorang yang bekerja di bidang dialog lintas agama, memajukan kerukunan dan perdamaian lintas agama, ini merupakan sesuatu yang sangat menginspirasi.
Kesuksesan-kesuksesan inkulturasi yang dihidupkan di sini berbasis atas kehidupan berdampingn yang penuh kedamaian dan ketenteraman,” tutur Kardinal Ayuso saat berkunjung ke Paroki Ganjuran, Bantul, DIY, Selasa (14/2/2023).
Perasaan kagum tersebut diutarakan Kardinal Ayuso — dalam sambutan berbahasa Inggris yang langsung diterjemahkan oleh Pater Markus Solo Kewuta SVD– usai menyaksikan tayangan video perjalanan sejarah Gereja Paroki Ganjuran.
Dari lubuk hati yang paling dalam, Kardinal Ayuso menyatakan sangat berterima kasih bisa datang ke Indonesia bukan semata untuk menerima penghargaan gelar Doktor Kehormatan atau Doctor Honoris Causa (DR HC) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta namun juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat lain yang menginspirasi termasuk ke Paroki Ganjuran.
Diketahui, Kardinal Ayuso bersama Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) KH Yahya Cholil Staquf, dan Ketua PP Muhammadiyah 2005-2010 Sudibyo Markus mendapat penghargaan DR HC dari UIN Sunan Kalijaga, Senin (13/2/2023).
“Terima kasih untuk penyambutan yang sangat hangat dan sangat indah hari ini. Banyak terima kasih untuk penyambutan melalui berbgai bentuk yang diselenggarakan hari ini,” ujar Kardinal Ayuso, seraya menambahkan bahwa dirinya akan terus dan selalu mendoakan Uskup Agung Semarang Robertus Rubiyatmoko, para uskup, para romo, dan semua yang telah bekerja serta umat paroki dan umat diosis seluruhnya.
Kardinal menambahkan bahwa ia juga akan berdoa bukan saja untuk mereka yang hadir dalam acara tersebut namun juga untuk yang tidak hadir.
Sebagai seorang Kardinal yang bekerja sangat dekat dengan:Paus Fransiskus, Ayuso menyatakan bahwa dirinya membawa doa dan berkat dari Paus untuk Uskup, para imam, para suster, para pekerja, dan umat seluruhnya.
“Nanti setelah saya kembali (ke Vatikan) say akan bertemu Paus Fransiskus dan akan menceritakan kepada beliau tentang begitu banyaknya pengalaman yang saya alami di sini hingga kehidupan bersama yang indah yang saya alami di sini,” imbuhnya.
Atas penyambutan luar biasa yang ia terima Kardinal Ayuso menyatakan tidak ingin seorang pun terlewatkan untuk mendapatkan terima kasih.
“Terima kasih berlimpah dari saya kepada semua yang sudah menyiapkan semua ini, sekuriti, pekerja, para suster, koor, penyanyi, penari, dan sebagainya. Inilah pengalaman bagi kita mengalami sebuah keluarga bukan saja keluarga katolik tetapi keluarga kemanusiaan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pekerjaannya sehari-hari di Vatikan adalah memajukan perdamaian, keharmonisan, kerukunan, memajukan human fraternity, memajukan persaudaraan manusia sebagai orang-orang penghuni planet bumi yang satu dan sama sekaligus juga warga kemanusiaan yang satu dan sama.
Kardinal Ayuso kemudian mengungkapkan bahwa dirinya banyak melakukan perjalanan kemana-mana, kadang-kadang ia merasa seperti orang asing di tempat-tempat tertentu tetapi Ganjuran ia merasa seperti di rumah sendiri.
“Percayalah bahwa saat ini saya merasa sangat at home. Inilah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita menjadi anggota sebuah keluarga katolik yang terbuka terhadap persahabtan dengan pemeluk agama dan tradisi lain,” tuturnya.
Kehidupan penuh persaudaraan di Ganjuran menurut Kardinal Ayuso adalah contoh konkret dari apa yang disebut sebagai persaudaraan manusia, persaudaraan insani seperti yang telah didokuemntasikan di dalam dokumen human fraternity atau persaudaraan manusia yang ditandatangani oleh Paus Farsiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmad All Thayyeb pada 4 Februari 2016 yang lalu.
“Inilah contoh konkret menghidupi persaudaraan manusia. Inilah pengalaman perasaan kemanusiaan yang bukan sesuatu yang kita terima dari Tuhan lalu kita simpan secara pribadi di dalam diri kita masing-maing tetgapi kita tujukan keluar dan kita hidupi secara bersama-sama,” tambah Kardinal Ayuso.
Oleh karena itu, Kardinal Ayuso mengajak siapa saja untuk selalu merasa bersyukur akan persaudaraan ini dan selalu bersedia terbuka untuk membantu dan membagikan rasa kemanusiaan ini kepada siapa saja bukan saja di antara sesama tetapi juga orang di luar kepada siapa pun.
Terakhir, Kardinal Ayuso menandaskan bahwa gelar DR HC yang ia terima bersama Ketua Umum PBNU dan juga Tokoh Muhammadiyah merupakan sebuah peristiwa yang berarti. “Dan ini memiliki pesan kepada kita untuk bekerja sama, untuk memajukan secara bersama-sama perdamaian dan kerukunan di negeri ini,” ujar Kardinal Ayuso.
Dalam kunjungannya ke Ganjuran, Kardinal Ayuso didampingi Staf Dikasteri Dialog Antaragama Pater Markus Solo Kewuta SVD, Nuncio Apostolik Mgr Piero Pioppo, dan Mgr Mikael diajak berkeliling area gereja oleh Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko.
Kardinal Ayuso berkesempatan berdoa di Candi Ganjuran, memberkati sumber air tetirah, dan sejumlah kelompok yang menyambutnya di komplek Gereja Ganjuran.
Kardinal Ayuso diajak pula melihat rumah sakit dan panti asuhan Elizabeth. Di sini, Ayuso disambut anak-anak yang menghiburnya dengan musik angklung kerohanian.
“Saya akan menyampaikan pengalaman berkunjung ke sini dan menceritakan tentang kebersamaan serta keberagaman yang menyatu di sini ke Paus di Vatikan. Saya yakin Paus akan berkenan menyampaikan ke seluruh dunia dan memberikan berkahnya,” kata Kardinal Miguel Ayuso. (*che)