JAYAPURA (PB.COM)—Menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-77, komunitas Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura menggelar sejumlah kegiatan menarik pada Selasa, 16 Agustus 2022. Sejak pagi, direktur bersama manajemen dan seluruh pegawai rumah sakit itu terlibat langsung membagikan bendera merah putih di sejumlah tempat.
Lokasi pertama di RT/RW sekitar kompleks rumah sakit itu, kemudian berlanjut ke salah satu RW di Kelurahan Argapura, dan juga di SD YPK Ebenhaezer Argapura. Plt. Direktur RSJD Abepura dr. Guy Yama Emma Come, MPH turun langsung bersama 50-an karyawannya ke tiga lokasi ini. Mereka dengan antusias berkomunikasi dengan warga dan juga anak-anak sekolah.
Dari Argapura, komunitas RSJD Abepura terdiri dari belasan kendaraan roda empat melakukan kirab merah putih menuju bukit Buper Waena di Distrik Heram. Di sana mereka membentang bendera merah putih dan foto bersama di bawah view Danau Sentani nan indah, sambil menyanyikan yel-yel kemerdekaan.
“Harapan kami dari perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-77 ini, dengan mental yang sehat, mental yang tangguh, Indonesia bisa pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat,” kata Plt. Direktur RSJD Abepura, dr. Emma Come.
Menurut dokter Emma Come, di tengah kondisi Indonesia yang masih dihantui wabah Covid-19 yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan sejak 2020, kesehatan mental sangatlah penting sebagai penangkalnya. Oleh karena itu, tema perayaan HUT RI ke-77 yakni Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat sangatlah tepat.
“Sebab dengan jiwa, dengan mental yang tangguh bisa mengatasi persoalan. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat dan Daerah juga tentunya kami harapkan bisa memperhatikan kesehatan mental masyarakat dengan anggaran dan fasilitas yang memadai,” ujar Emma.
Emma Come menjelaskan, pihak RSJD Abepura sengaja melakukan kunjungan ke RT/RW karena peranan keluarga dan lingkungan tempat tinggal sangat penting menopang kesehatan mental warga, terutama bagi kalangan remaja atau anak muda.
“Sebab data kami, ada peningkatan yang signifikan dari kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Abepura dari kalangan anak-anak remaja akibat tiga hal ini yakni kecanduan ganja, narkoba dan gadget. Kami berharap orang tua harus punya mental yang sehat agar anak-anknya juga punya mental sehat. Kalau orang tua sibuk, tak punya waktu membangun komunikasi dan kehangatan dalam keluarga, ini membuat anak-anak salah jalan,” katanya.
Saat ini, RSJD Abepura memiliki kapasitas rawat inap untuk melayani pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebanyak 82 bed. Juga terdapat lima ruang isolasi Covid-19 untuk pasien ODGJ yang tepapar virus asal Wuhan itu sebanyak 8 bed.
“Dari 82 bed ini, terisi 80 persen atau sekitar 60-an pasien. Sementara pasien jiwa kami yang juga plus kena Covid saat ini ada 7 yang sedang diisolasi. Kalau pasien rawat jalan banyak. Satu hari bisa ratusan,” ungkapnya.
Dokter Emma Come juga mengakui bahwa Pemerintah Provinsi Papua memiliki perencanaan panjang untuk membangun sebuah rumah sakit jiwa yang representatif dilengkapi dengan fasilitas pusat rehabilitasi di Koya Tengah, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura. Hal itu tentu menjadi kabar baik demi mendukung pelayanan bagi pasien penderita gangguan jiwa.
“Tetapi kami akui bahwa dana kami saat ini sangat terbatas dalam menangani pasien. Oleh karena itu, kami dalam waktu dekat akan melakukan penandatangan kerjasama dengan kabupaten/kota di Papua terkait biaya penanganan pasien jiwa agar ada sharing dana, baik untuk biaya pengobatan maupun untuk biaya transportasi rujukan. Selama ini hanya dibiayai Pemerintah Provinsi Papua. Hanya ada beberapa kabupaten yang kerjasama selama ini seperti Mappi, Pegunungan Bintang, Kaimana. Lainnya belum,” tegas Emma. (Gusty Masan Raya)