Mengenal Kasus Keputihan Pada Wanita, Gejala dan Cara Mengatasinya

Oleh dr. Aloisya Diantini*)

Bacaan Lainnya

BANYAK wanita yang langsung merasa cemas saat ia tahu dirinya mengalami keputihan. Katanya, keluarnya keputihan merupakan tanda dari infeksi atau bahkan kanker serviks. Hal ini memang tidak sepenuhnya salah. Meski begitu, pada sebagian besar kasus, keputihan sebenarnya merupakan hal yang normal.

Apa itu Keputihan?

Keputihan atau yang juga dikenal dengan istilah leukorrhea adalah cairan yang keluar dari vagina. Keluarnya cairan ini merupakan kondisi normal dan lumrah terjadi pada setiap wanita. Fungsinya untuk membantu membersihkan vagina dan menjaganya tetap sehat. Ini juga berfungsi sebagai pelumas vagina alami serta melindunginya dari infeksi dan iritasi. Biasanya, cairan yang keluar dari vagina dipengaruhi oleh Siklus Menstruasi Anda. Perubahan pada leukorrhea yang tidak biasa (abnormal) juga bisa menjadi tanda dari kondisi medis tertentu. Pada kondisi ini, perawatan medis umumnya dibutuhkan.

Apa saja tanda dan gejala Keputihan?

Dalam hal ini dapat kita bedakan tanda dan gejala dari keputihan normal dan keputihan yang abnormal.

Keputihan Normal

Cairan vagina yang normal biasanya memiliki ciri-ciri seperti berikut :

  • Tidak berbau amis,anyir atau busuk
  • Berwarna bening atau putih susu jernih
  • Bertekstur lengket dan licin atau basah
  • Muncul cukup banyak dengan tekstur licin dan basah beberapa hari diantara siklus haid, tepatya selama ovulasi atau saat masa subur wanita

Cairan leukorrhea juga umumnya akan keluar lebih banyak selama masa kehamilan, menyusui, saat aktif secara seksual, atau jika Anda menggunakan alat kontrasepsi.

Keputihan Tidak Normal

Berikut adalah tanda dari leukkorhea yang tidak normal, plus gejala lain yang menyertainya:

  • Warnanya berubah menjadi kuning, kehijauan, abu-abu atau apapun yang tampak seperti nanah
  • Cairan vagina berbau tidak sedap, amis,anyir atau busuk yang cukup menyengat
  • Tekstur lebih kental, berbusa, atau menggumpal seperti keju cottage
  • Ciaran vagina disertai dengan darah yang bukan haid
  • Vagina terasa gatal, terbakar atau kemerahan
  • Nyeri pada panggul
  • Sakit pada saat buang air kecil
  • Perdarahan diantara siklus haid, setelah atau selamaberhubungan intim.

Bila Anda memliki tanda-tanda di atas atau kuatir akan gejala tertentu, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Apa Penyebab Keputihan?

Penyebab utama keluarnya keputihan bisa juga dipengaruhi oleh faktor hormonal. Selama siklus menstruasi wanita, peningkatan hormon estrogen menyebabkan keputihan keluar lebih banyak. Inilah mengapa keputihan juga umumnya keluar lebih banyak saat hamil, ketika perubahan hormonal terjadi pada tubuh wanita.

Namun di sisi lain, keputihan yang tidak normal bisa disebabkan oleh peradangan pada vagina (vaginitis) atau faktor lainnya yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan parasit yang biasa kita kenal dengan istilah medis Bacterial Vaginosis, Kandidosis Vaginalis, Servisitis, Penyakit Menular seksual, seperti Gonore, Clamidya, dan Trichomoniasis.

Bagaimana Cara Mengatasi Keputihan?

Kunci mengatasi keputihan adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan vagina Anda setiap saat. Berikut ini adalah cara yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kebersihan vagina serta langkah-langkah sederhana lainnya untuk mengatasi keputihan.

  • Jika cairan yang keluar terlalu banyak, gantilah celana dalam sesering mungkin.
  • Pilihlah celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang dapat menyerap keringat serta tidak menggunakan celana yang ketat.
  • Hindari penggunaan sabun wangi cuci vagina, gel antiseptic, serta douching karena bisa mempengaruhi keseimbangan pH vagina serta dapat membunuh flora normal yang ada di vagina.
  • Rutin membersihkan vagina secara lembut dengan air hangat. Cara membasuhnya pun harus secara benar yaitu dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina
  • Gunakan kompres dingin untuk mengurangi rasa gatal atau pembengkakan akibat keputihan yang abnormal
  • Minta pasangan Anda untuk menggunakan kondom saat berhubungan intim atau tunda hubungan seksual selama seminggu untuk mencegah penyebaran infeksi

Namun apabila kondisi Anda tidak juga membaik setelah melakukan cara-cara di atas, segera periksakan diri Anda ke dokter. Dengan demikian, dokter dapat melakukan pemeriksaan secara lengkap dan memberikan terapi anti jamur (Nystatin, Fluconazole), antibiotik (Metronidazole, Clindamycin), dan terapi simptomatis lainnya sesuai dengan keluhan yang ada.

Sumber:

http://www.mayoclinic.org/symptoms/vaginal-discharge/basics/when-to-see-doctor/sym-20050825

http://patient.info/search.asp?searchterm=vaginosis&searchcoll=All

http://www.webmd.com/women/tc/vaginal-problems-topic-overview

 *Penulis adalah Dokter yang Sedang Berdinas di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *